canting terbang membatik dunia
Selama ini kita mengagumi batik karena keindahan motif
maupun komposisi warnanya yang menarik. Dan yang terlintas di benak kita pasti
mengagumi ketelatenan dan ketekunan ‘pengobeng’ atau pembatiknya. Tahukah anda,
dibalik keindahan batik yang kita kagumi itu terselip jasa orang-orang yang
membuat gambar atau pola motif tersebut, ya peran orang-orang yang berprofesi
‘tukang nyungging’lah yang membuat batik menjadi indah karena motifnya.
Dalam proses membuat batik dibutuhkan beberapa tahapan
dari awal hingga menjadi kain batik yang siap dikenakan. Dari serangkaian tahap
dalam proses pengertian batik yang meliputi seperti nyungging, njaplak,
nglowongi, ngiseni, nyolet, mopok, ngelir, ngrentesi, nyumti, nyoga hingga
nglorod. Proses awal pengerjaan batik adalah nyungging yang artinya membuat
pola / motif pada kertas yang kemudian ditransfer ke kain dengan cara yang
disebut njaplak atau memindahkan pola / motif kertas ke kain.
Dengan demikian ujung tombak proses pengerjaan batik
adalah desain atau gambar pola / motif. Desain yang baik pasti akan
menghasilkan motif batik yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Peran para
desainer motif atau ‘tukang nyungging’ menjadi sangat menarik untuk kita bahas.
Karena apa, peran besar mereka seakan-akan tenggelam tidak kelihatan dan
kurangnya penghargaan terhadap mereka.
Dahulu para ‘tukang nyungging’ mendesain atau menggambar
motif batik cukup dengan spidol dan kertas plano, namun seiring perkembangan teknologi
desain motif batik digambar melalui komputer. Transformasi inipun secara tidak
langsung mengubah sebutannya, para desainer manual akrab disebut ‘tukang
nyungging’ sedangkan tukang nyungging yang sekarang lebih modern dengan
menggunakan perangkat komputer lebih dikenal sebagai desainer motif batik.
Era komputerisasi ini memang tak terelakkan, ketika
kebutuhan pasar akan desain batik yang lebih fashionable mengikuti mode yang
kadang kala bebas mencampur aduk beberapa motif menjadi motif baru hingga yang
sifatnya repeatisi atau gambar yang diulang dan menyambung menjadi satu
rangkaian desain yang luas besar.
Tukang nyungging bisa dikategorikan dalam desain grafis
‘Vernakular’. Vernakular artinya bahasa setempat atau bahasa daerah,
logat asli. Desain grafis vernakular adalah gaya desain grafis yang craftmanshipnya dikerjakan
secara manual dengan memanfaatkan ketrampilan tangan. Sedangkan desainer motif
yang telah memanfaatkan teknologi komputer dengan aplikasi photoshop bisa
dikategorikan sebagai desainer grafis dengan spesifikasi batik.
Sebelum era desain batik komputer, para tukang nyungging
cukup banyak di Pekalongan. Para seniman otodidak
ini berjasa besar ‘memboomingkan’ tren batik dari waktu ke waktu namun
sekarang perannya lebih banyak diambil alih para desainer batik lewat komputer,
karena tuntutan industri batik yang memaksa demikian. Kekayaan khasanah motif
tercipta dari tangan-tangan kreatif mereka, namun sekali lagi keberadaan mereka
seperti tidak diperhatikan. Penghargaan terhadap karya-karya mereka nyaris tidak
ada.
Sudah sepatutnya karya-karya mereka diapresiasi dan
perlu adanya semacam penghargaan kepada mereka yang telah mengabdikan hidupnya untuk
melestarikan warisan budaya dengan menguri-uri motif-motif batik klasik di Pekalongan,
sehingga ketangguhan motif-motif batik Pekalongan tak tertandingi hingga
sekarang.
Sudah saatnya kekayaan motif batik karya tukang
nyungging ataupun desainer motif batik didokumentasikan menjadi sebuah buku
sebagai warisan kepada generasi penerus sekaligus membuktikan karya desain
desainer putra asli Pekalongan sangat hebat dan variatif. Karya desain inovatif
dari desainer Pekalongan jauh lebih bagus dan kreatif dibandingkan hasil
inovasi desain batik dari fakultas senirupa IKJ Jakarta.
Hasil komputerisasi desain dari Fakultas Senirupa IKJ yang
termuat dalam buku “BATIK DEKOD Pengembanan Motif Batik Pekalongan di Tengah
Industri Kreatif” terbitan kerjasama Pemkot Pekalongan IKJ dan ICC tahun 2011
ini, sungguh sangat jauh dibandingkan dengan kreativitas desainer lokal. Patut
disayangkan buku yang di cetak sangat lux ini dan (pasti mahal) tidak
memberikan wacana baru desain batik Pekalongan. Alangkah baiknya kalau buku itu
berisikan hasil karya desainer motif batik asli Pekalongan, saya yakin haqqul
yakin pasti hasilnya lebih terasa ‘nendang’ dan mak nyuss ..... karena kreativitas
desain motif batik di Pekalongan sekarang jauh lebih berkarakter, lebih
inovatif, lebih modern dan yang jelas lebih terasa batiknya.
Yang lokal belum tentu jelek, sebaliknya nama besar yang
berkaliber Nasional pun kalau memang tidak memiliki basic juga tidak menjamin
hasilnya lebih bagus. Sudah semestinya peran ‘tukang nyungging’ ini diberi
tempat yang layak dan saatnya pemkot mengekspos karya-karya mereka sebagai aset
kekayaan budaya andalan kita dengan menginventarisir dan mendokumentasikan
serta ‘menerbangkan’ mereka sebagai duta-duta senirupa batik ke seluruh dunia dengan
mengangkat karya-karya mereka ke pentas dunia, bukan sebaliknya ‘orang luar’
yang tidak ‘berdarah batik’ diberikan kepercayaan untuk mengekspos batik.
Aan Jindan Ash-Shogirie,
Pelukis & Desainer Batik Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar