Kamis, 21 Juni 2012

ROCK KLASIK TAK ADA MATINYA




Apa yang membuat musik era 1970-an tetap abadi hingga kini? Dalam sebuah edisi yang lalu, majalah Time menyandingkan The Beatles dengan sebuah Boysband masa kini bernama Nsync, dengan pertanyaan, apakah 30 tahun kemudian kita masih bisa mendengarkan Nsync? Musik memang melekat dalam hidup sebagian besar manusia, terutama saat remaja hingga awal masa dewasa, umumnya melekat sepanjang hidup, yang menjadi nostalgia yang terasa indah dan menyenangkan ketika didengar lagi berpuluh-puluh tahun kemudian.
Edward Macan, dalam bukunya berjudul Rocking the Classic English Progressive Rock and the Counterculture, berpendapat bahwa tidak satu pun musik yang bernada di luar masyarakatnya Johan Sebastian Bach dan Ludwig Van Baethoven, misalnya adalah sosok dari tempat dan masa tertentu, seperti halnya Blind Lemon Jefferson atau Charlie Parker. Jika tak satupun musik bisa benar-benar asosial, maka tak satu musik pula yang mampu bertahan di makan zaman. Dengan kata lain, musik yang erat dengan situasi masyarakat, akan tak lekang di makan zaman.
Memang, tak peduli betapa kuatnya pengaruh musik pada audiens kontemporer atau bahkan beberapa generasi, masyarakat tetap mengalami perubahan. Oleh sebab itu, selalu tiba saat dimana setiap jenis untuk kehilangan daya cengkramnya pada budaya massal, dan menjadi peninggalan sejarah yang hanya akan dinikmati oleh makin sedikit orang. Dan, faktor keterkaitan musik dengan situasi masyarakat tersebut, apalagi jika situasinya adalah situasi yang mendunia, menjadikan jenis musik tersebut awet, setidaknya di kalangan penikmatnya.
Led zeppeling, seperti halnya Deep Purple, The Rolling Stones, The Beatles, Yes, Genesis, Pink Floyd, King Crimson, The Who dan banyak lagi adalah sosok yang mewakili generasi 1970-an, yang dibelahan bumi barat menyebut diri sebagai flower generation. Di melinium ketiga ini, musisi-musisi rock era 1970-an tersebut memang mulai menjelang masa menjadi peninggalan sejarah.
Penikmatnya tentu tak sebanyak penikmat musisi masa kini, seperti jumlah remaja sekarang di seluruh dunia yang menjadi konsumen Justin Bieber dan sekian boysband. Namun, daya Cengkeram Led Zeppelin dan lain-lainnya, masih kuat. Tidak hanya pada remaja tempo dulu, namun juga pada sebagian lain generasi muda yang mengkonsumsi musik secara lebih serius.
Mengapa musik rock klasik bisa abadi? Sebagian berpendapat, rock klasik adalah jenis rock yang lahir dan populer di tahun 1970-an, saat musik rock mencapai puncaknya. Pendapat lain menyebutkan, sebuah jenis musik atau sebuah group sudah berusia minimal 15 tahun. Kedua definisi ini berlaku pada musik-musik rock klasik era 1970-an.
Menurut Macan, musik tak bisa lepas dari masyarakat, dalam hal ini situasi yang melingkupi masyarakat tersebut,  yang melahirkan emosi tertentu yang dituangkakn dalam karya musik. Apa yang terjadi di era 1970-an adalah pengalaman yang membekas di benak sebagian umat manusia masa itu, yaitu invasi pasukan AS di Vietnam, yang mulai terjadi sekitar tahun 1966 – 1967.
Inspirasi penulisan lirik rock baru terbuka dipertengahan era 1970-an, saat meletusnya perang Vietnam. The Beatles, Led Zeppelin, Pink Floyd dan banyak lagi group lainnya yang disebut sebagai band rock klasik, menyuarakan situasi sosial ini dalam lirik-liriknya. Genre Art-rock, atau yang sekarang populer disebut rock progresif, sempat dianggap tidak berkonotasi sosial. Liriknya memang umumnya berkisar pada narasi mitologis kisah Science Fiction, dan kalimat-kalimat Pseudioritualis. Bahkan kelompok punk-rock di akhir era 1970-an, menyebut lirik rock progresif sebagai pelarian dari dunia nyata.
Beda dengan lirik musik hard rock, yang cenderung melihat situasi sosial dari sudut pandang yang lebih lembut. Mereka menggemakan sebuah solusi bagi problem-problem masyarakat melalui perubahan spiritual, bukan kegiatan politik. Banyak musisinya beranggapan bahwa musik mereka memiliki sikap revolusioner yang jauh lebih potensial dibandingkan sistem politik apapun.
Di Era 1970-an, gema musik rock amatlah besar, lebih besar dari jenis musik apapun. Rock menjadi gaja hidup yang dianut generasi muda di seluruh dunia, yang ditandai dengan munculnya grup-grup yang legendaris hingga kini, dan maraknya industri dan media massa rock saat itu. Di Indonesia semangat itu juga masuk, antara lain melalui gaya hidup generasi muda Jakarta hingga menyebar ke kota-kota lain.
Lalu kenapa penyerapan yang sebagian besar hanya sampai dipermukaan itu bisa abadi juga di kalangan remaja Indonesia saat itu, yang tentunya hari ini di minimal sudah berumur 40 tahun? Ella Su’ud seorang pengasuh milis rock klasik M-Claro di Kompas beberapa waktu lalu mengatakan “Musik Rock zaman itu adalah musik yang membuat kita mikir, baik dari notasi, apalagi liriknya. Musik tersebut didesain secara khusus, ada proses pembelajaran yang agak sulit sebelum kita mengapresiasinya”.
Sementara itu, remaja-remaja masa kini pun sebagian menjadi penyambung selera rock klasik. Misalnya, lewat Dream Theater yang mirip Yes dan Pink Floyd atau The Flower Kings yang mendaur ulang karya the Beatles Across the Universe. Bagi yang biasa mendengarkan RKB, tiap Rabu malam bisa bernostalgia mengenang masa muda sambil menikmati lagu dari grup-grup yang mewarnai masa remaja mereka, dalam acara Classic Rock.
Menurut Sigit Bramantyo, Direktur Program RKB, sebagai sebuah acara musik, Classic Rock mendapat respon yang luar biasa. Beberapa pendengar setia dari dalam kota maupun luar Kota Pekalongan menghubungi RKB via facebook, telepon, SMS, menanyakan grup mana yang akan diputar, atau sekedar meminta grup favoritnya diputarkan hingga meminta on air pada acara tersebut sebagai bintang tamu.
Kenapa hanya musik rock yang menyandang gelar klasik? Setelah perang vietnam berlalu hampir 40 tahun. Hari ini masih banyak yang menunggu-nunggu intro lagu stairway to heaven (Led Zeppelin) yang kembali mengumandang di udara Pekalongan hari Rabu besok (dari beberapa sumber).

Pekalongan, 8 Mei 2011
Aan Jindan Ash Shogirie
Komunitas Pecinta Musik Pekalongan (KPMP)
Masyarakat – Cla Ro Pekalongan /
Pekalongan Classic Rock Society

2 komentar:

  1. well setiap jaman ada eranya masing2,setiap era diwakili the legend masing2,parameter yang sulit kalou harus musik disebut ga ada matinya,classic rock yg di hasilkan dari evolusi kalo boleh disebut mengkerucut ke arah blues delta misissipi jelas kurang tepat kalo disebut ga ada matinya karna ia terus berkembang berkembang dari hasil explor kreativitas para virtuosonya yg dari generasi ke generasi terus menghasilkan karya hingga bercabang cabang sebutan(aliran2 dalam cabang2 musik rock)blues yang kenalkan w.c handy berkem bang ketika dimainkan tommy jhonson,robert wilkins,hingga si jenius robert jhonson dgn album delta bluesnya,estafet sape pada blues kasar electric stive ray vaugn dgn little wingnya,menjalar ke era brithis blues yg bermutasi kepsikedelic dengan deretan band dan para virtuoso serta shreddernya hingga melahirkan apa yang disebut progresiv rock sedang prog sendiri megalami banyak cabang prog yang kalo disebut amat sangat menyita halaman, belum lagi keluarga besar metal,naif juga ya menyandingkan classic rock dgn pop boys band,yang nota bene jenis musik mainstream yang terus berputar mengikuti selera pasar dan jaman,ia bisa muncul dan tenggelam hilang,eh bro jangan lupa newkid on the block 25 tahun yg lalu di perdengarkan lagi kmarin2 koq rasanya masih update ya walo yg nonton udah ga update alias tuwir kl gitu memang kudu Step by step uh baby....eh ngomong2 kesipulanya classic rock itu music yang terus berkembang,beranak pinak hingga sebagian orang menyebut ga ada matinya....walo begitu keep 0n classic rock!!! salam persaudaraan from: INDONESIANA? melihat dari dua sisi...me too pcrs 2001 un registration

    BalasHapus
  2. Hallo mau tanya2... Sebentar lg sy pindah pekalongan akhir bulan okober 2013 ini. Sementara ini masih gawe di Ogan Ilir Sumsel, Dinas Pariwisata.. sy pencinta musik baik dari sejarah sampai main instrument. So nt sy mau cari komunitas, at least org2 yg seneng musik buat tukar pikiran dan sebagainya... Tolong sms sy ke 081367993330. Trims

    BalasHapus