Jumat, 22 Juni 2012

STAND UP COMEDY


Wajah baru pemancing tawa
Setahun belakangan ini , stand up comedy mulai dikenal banyak orang di Indonesia. Banyak media massa mengulas kebangkitan stand up comedy yang formatnya relatif belum dikenal sebagian besar masyarakat. Dua stasiun TV swasta menayangkan program stand up comedy ;  Kompas TV dengan Stand Up Comedy Indonesia yang bentuknya kompetisi.  Dan Metro TV dengan program Stand Up Comedy Shows , berbentuk showchase dimana  para stand up comedian atau comic dipilih oleh tim kreatif.
21 September 2011, di Gedung Pusat Perfilman haji Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta bisa dikatakan event stand up comedy pertama yang menampilkan gaya lawakan baru ini. Tiga belas comic finalis Stand Up Comedy Indonesia dengan pembawa acara Raditya Dika dan Panji Pragiwaksono, dengan juri Butet Kertaradjasa, Indro Warkop, dan Astrid Tiar. Para konstentan  yang lolos ini berlatar belakang beragam, belum ada yang profesinya comic.
Panji Pragiwaksono dalam materi stand up-nya maupun dalam twitter-nya, menekankan bahwa stand up comedy harusnya membuat orang Indonesia menjadi tidak sensitif. Jangan mudah terpancing emosi akan pertanyaan dari orang lain. Seperti yang dilakukan Ernest Prakasa dengan beberapa materi stand up-nya. “Banyak yang menyuruh kalau sakit pergi ke sinshe (ahli pengobatan Cina). Tapi itu Bruce Lee bertahun-tahun sakit pilek nggak sembuh-sembuh {menirukan gerakan Bruce Lee yang setiap berkelahi selalu menyeka hidungnya }. Maka nya, mending juga pergi ke dokter,” kata Ernest.
Ernest ini adalah salah satu dari tiga belas finalis Stand Up Comedy Indonesia yang beretnis Cina. Dan seperti finalis lainnya adalah bukan siapa-siapa, dan tak pernah bermimpi  suatu saat fotonya  akan terpampang  di halaman depan kompas. Ernest tidak sendirian  di halaman depan  kompas hari itu, 9 oktobwer 2011. Foto bertiga bersama Sakdiyah Ma’ruf dan seorang marinir sersan Daslan. Mereka adalah tiga diantara tigabelas finalis Stand Up comedy Indonesia.
Sementara itu di media lain, Metro TV lewat Stand Up Comedy Show berformat open mic  bagi mereka yang ingin menunjukkan bakat dan ingin tampil di program itu. Genre komedi ini  memang bisa mengajak kita untuk tertawa dan belajar untuk dewasa. Belajar untuk tidak sensitif. Materi yang dihadirkan  merupakan media belajar bercanda sama diri sendiri, belajar tertawa bersama-sama. Dengan bebas namun tetap self scensorship. Tampa ada unsur SARA, kata jorok, hal yang berkaitan fisik.
Istilah Stand Up Comedy sudah ada di kamus The Oxford English Dictionary dam Webster’s Collegiate Dictionary pada tahun 1966. Jadi secara istilah, stand up comedy baru berumur 46 tahun. Menurut Raditya Dika, stand up comedy muncul dari Inggris pada abad ke 18-19, namun mendapat popularitas yang cepat dari perkembangannya di Inggris dan Amerika Serikat.
Menurut Jim Mendrinos di www.twodrinkmin.com, sebelum muncul istilah stand up comic dikamus itu, siapapun yang bisa membuat  orang tertawa disebut comic. Maka pada tahun 1966, istilah stand up comedy muncul. Masih menurut Mendrinos, hingga abad ke-18, komedi masih eksklusif milik gedung pertunjukan. Kakek yang di anggap dari stand up comedy adalah Thomas Dartmouth “dady” Rice, yang dianggap sebagai penemu minstrel shows (pertunjukan di panggung yang populer dan menampilkan comic, lagu dan tarian yang di tampilkan banyak aktor yang memakai riasan berwarna hitam.
Minstrel shows di bangun atas dasar stereotipe negatif yang rasial, dan sering mengolok-olok ras yang sudah tertindas. Ini di mulai sebelum sebelum Perang Sipil dan berlanjut hingga abad ke-20. Meskipun menjadi bagian dari sejarah panggung pertunjukan di Amerika, minstrel shows tak sama dengan produksi pertunjukan umumnya pada saat itu.
Pertunjukannya tak terikat pada plot, melainkan pada tema, dan karakter yang bebas. Di antara karakter itu, ada the Endmen yang memang tampil hanya untuk membuat tertawa. Di antara kedua segmen mistrel shows yang pertunjukannya seputar komedi musikal. The Endmen tampil membawakan ‘stump speech’ atau ‘pidato politik’. Maksudnya, monolog satir yang mengolok-olok kondisi terkini dan figur politik. Ini juga kali pertamanya, sesuatu yang mirip ‘stand up comedy’ ditampilkan di depan penonton. Sejak itu, mistrel shows membuktikan bahwa pertunjukan dengan biaya rendah bisa di terima sebagai hiburan yang populer.
Di awal abad ke-20, akhirnya vaudeville (pertunjukan yang menampilkan tarian, nyanyian, komedi, akrobat hingga sulap) dan komedi musikal digilai masyarakat di Amerika. Vaudeville membuktikan bahwa komedi bisa di tampilkan di panggung besar, tapi burlesque (pertunjukan humor yang provokatif menampilkan humor slapstick, lelucon verbal, aksi penari telanjang, dan para penyanyi perempuan)  membuktikan bahwa stand up comedy bisa di tampilkan dalam tempat yang lebih intim. Para comic yang tampil di burlesque menampilkan sketsa dan monolog di gedung pertunjukan yang lebih kecil, intim, dan penuh interaksi hingga menghasilkan gaya stand-up.
Di tengah mewabahnya stand up comedy di Indonesia dalam satu tahun terakhir ini, banyak pula yang mulai merasakan peluang  mencari nafkah dari bidang komedi tunggal ini. Bagi para comic, stand up comedy bukan sekedar tren, tapi semacam industri yang profit. Dan kini nampaknya gerakan stand up comedy ini mulai bergerak diluar layar TV, kini banyak cafe yang  menggelar stand up comedy dan bahkan komunitas-komunitas stand up comedy  sekarang banyak terbentuk.
Dengan komunitas  yang bermunculan menjadikan tempat belajar tentang seluk beluk stand up comedy itu sendiri. Kompetisi yang ketat dalam komunitas membentuk keberanian para comic. Terhitung hingga bulan maret sudah tercatat 46 komunitas stand up comedy  di seluruh Indonesia. Chris Rock pernah bilang keberadaan stand up comedy tergantung talentanya. Waktu akan menjawab  apakah stand up comedy akan abadi atau euphoria sesaat.
                                                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar